Begini cara Utomo SolaRUV, Charge+ garap energi terbarukan yang ramah lingkungan

panel surya utomo solaruv

Perubahan cuaca yang amat ekstrem sukses membuat harga bahan pokok naik. Masih ingat betul bagaimana sulitnya mencari beras dan gula sampai harus membelinya dengan harga cukup mahal karena langka. Salah satu faktor penyebabnya karena perubahan iklim El Nino selain kurangnya akses pupuk kepada para petani. Cuaca menjadi susah diprediksi, bahkan di penghujung tahun 2023 masih didominasi musim kemarau.

Baca juga : Melawan krisis iklim lewat makanan ramah iklim

Dampak Emisi Karbon

Data yang dikeluarkan World Meteorological Organization (WMO) perihal WMO Global Annual to Decadal Climate Update 2022-2026 menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar lonjakan tinggi suhu permukaan Bumi. Diperkirakan jika suhu Bumi akan naik lebih dari 1,5 derajat Celsius dalam rentang waktu 2022-2026.

Naiknya suhu bumi tersebut dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida. Peningkatan emisi karbon mampu meningkatkan suhu yang menyebabkan hari menjadi semakin panas.

Dampak nyata emisi karbon tak hanya menyebabkan perubahan iklim, lebih dari itu terjadinya kebakaran hutan, banjir, sulitnya mencari ikan di laut, juga berpengaruh ke kesehatan manusia. Perubahan cuaca mendorong penyebaran bakteri, virus, peningkatan populasi nyamuk.

Lantas apa yang harus kita lakukan untuk mengurangi emisi karbon?

Cara mengurangi emisi kabon

Ada beragam banyak cara untuk mengurangi emisi karbon, seperti beralih ke transportasi umum, menanam pohon, menghemat energi listrik, dan beralih memakai energi terbarukan.

Mengurangi Emisi karbon dengan Energi Terbarukan

Energi terbarukan atau renewable energy adalah enegi yang berasal dari “proses alam yang berkelanjutan”, seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air, proses biologi, dan panas bumi.

Adanya energi terbarukan akan berkontribusi untuk membantu mengatasi masalah iklim dan lingkungan dengan mengurangi ketergantungan penggunaan energi berbahan bakar fosil. Jenis energi terbarukan yang saat ini umum dipakai berasal dari tenaga air, tenaga angin, energi terbarukan matahari, tenaga biomassa, gelombang laut, dan panas bumi.

Potensi Indonesia beralih ke energi terbarukan

Manajer RnD Utomo Solaruv, Krisna Dwi Hardianti memaparkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumber daya energi terbarukan paling melimpah di dunia dengan total potensi 441,7 GW. Sayangnya pemanfaatannya belum optimal. Data Kementrian ESDM per Januari 2022, bau sekitar 11,2 GW atau hanya 2,5 persen.

Manajer RnD Utomo Solaruv, Krisna Dwi Hardianti menjelaskan tentang aksi yang bisa dilakukan Utomo SolaRUV guna menuju Indonesia Net Zero

Padahal posisi dan kondisi geografi serta geologi Indonesia sangat mumpuni untuk mengoptimalkan 208 GW tenaga surya, 75 GW tenaga air, 61 GW tenaga angin, 33 GW bioenegi, dan 18 GW energi laut.

Tahun 2025, Indonesia menargetkan energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 23 persen dalam bauran energi nasional. Tapi hingga tahun 2022, realisasi bauran energi baru dan terbarukan baru mencapai sekitar 12 persen. Masih jauh dari target sebesar 15,69 persen dari bauran enegi nasional.

Upaya Indonesia untuk mempercepat target 23 persen EBT dalam bauran energi nasional tahun 2025 diantaranya adalah komitmen dan konsistensi pemerintah dalam melaksanakan program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

UtomoSolaRUV buka peluang untuk dukung energi terbarukan

Tantangan tersebut dijawab oleh penyedia solusi PLTS Utomo SolaRUV yaitu perusahaan di bawah bendera PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia (UJASI) dan Charge+ berkomitmen dalam upaya dekarbonisasi industri demi tercapainya target net-zero tahun 2060.

Lewat Blogger Gathering yang digelar beberapa hari lalu di kantor utama Utomo SolaRUV menunjukkan komitmen PT UJASI dalam menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati pada tanggal 5 Juni 2024. Momen ini merupakan langkah nyata bersinergi untuk menyebarkan pesan positif akan pentingnya pengurangan emisi pada masyarakat.

PLTS Atap SolaRUV sudah dipasang di Surabaya, asrama hingga pondok pesantren

Krismaya mengutip data yang dirilis Institute for Essential Services Reform (IESR) berisikan tentang potensi bangunan perumahan di 34 provinsi di seluruh Indonesia untuk dipasangi PLTS Atap.

IESR menemukan bahwa potensi teknis PLTS atap untuk kawasan perumahan di Indonesia mencapai 194 hingga 655 GWP. Jika pemilik rumah mampu dan mau menginstal PLTS Atap, maka setidaknya 17, 8 persen dari potensi itu bisa digarap sebagai pasa yang menjanjikan dalam pemanfaatan energi terbarukan.

Ada tiga provinsi yang punya potensi pasar tertinggi, yaitu Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Surabaya sendiri sudah mulai mengawali dengan pemasangan PLTS Atap di gedung Balai Kota yang merupakan hibah dari Utomo SolaRUV. PLTS Atap dengan model on-grid atau tanpa baterai berkapasitas 2200 Wp di atap balai kota Surabaya menjadi percontohan bagi residensial wilayah Surabaya.

Kelebihan sistem on grid PLTS Atap yaitu lebih efisien memangkas beban biaya listrik karena masih tersambung dengan PLN. Saat matahari bersinar terang, konsumen menikmati listrik dari energi matahari. Saat matahari redup karena mendung atau malam, masyarakat memakai listrik dari PLN. Skema PLTS Atap ini diyakini cocok diimplementasikan untuk skala rumah tangga.

Tak hanya memasang PLTS Atap saja, Pemerintah Kota Surabaya bersama Utomo SolaRUV dan pihak akademisi, diwakili oleh Universitas Surabaya (UBAYA) juga mendukung program Solarpreneur guna membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat menangkap peluang kerja hijau, utamanya di bidang PLTS Atap. 

Program Solarpreneur merangkul seluruh lapisan masyarakat untuk belajar keahlian khusus memasang dan menginstalasi PLTS Atap. Dengan begitu, ketika permintaan PLTS Atap naik, tenaga-tenaga ahli siap menangkap berbagai peluang usaha yang ada. Masyarakat bisa mencari Solarpreneur Development Center (SDC) di kota-kota terdekat.

Di kesempatan tersebut, kami juga melihat video pemasangan PLTS Utomo SolaRUV yang melalui perjalanan panjang hingga sampai ke Asrama Biarawati di IKN. Para Biarawati terlihat senang dengan terpasangnya PLTS tersebut.

Bahkan salah seorang Biarawati memberikan testimoninya, ” Saya pikir lampunya sedikit redup dibandingkan listrik biasa, ternyata tidak”, ungkapnya.

Tak ingin ketinggalan pondok pesantren juga sudah mulai memakai PLTS Atap Utomo SolaRUV, karena pemakaian energi surya di pondok pesantren mampu terbukti mampu menghemat pengeluaran biaya listrik sebesar 40 hingga 50 persen.

PLTS Terapung memanfaatkan waduk hingga danau

Selain PLTS Atap, SolaRUV juga menyediakan PLTS terapung dan PLTS Grounding di bawah tanah. PLTS terapung merupakan solusi bagi konsumen yang tak memiliki banyak lahan dengan memanfaatkan waduk atau danau.

Cara kerja PLTS terapung

Sesuai namanya, PLTS terapung memakai Floating PV System, yaitu sistem PLTS terapung yang memakai perairan sebagai tempat instalasi panel surya dengan memakai floater sebagai komponen pendukung.

Komponen floating system meliputi:
1. Panel surya (PV modules)
2. Pelampung (floater)
3. Pemberat (anchoring & mooring)
4. Mounting (bracket)

Sebagai negara kepulauan yang mayoritas area perairan, sudah jadi hal lumrah Indonesia memaksimalkan teknologi floating system untuk pemanfaatan energi surya.

Penggunaan waduk atau danau sebagai wilayah pemasangan PLTS terapung tak akan mengganggu biota perairan karena sudah diteliti lebih dulu oleh ahli berkompeten. Begitu juga dengan luas yang akan dipakai, sudah ditentukan menurut kementrian terkait.

Potensi PLTS terapung di Indonesia cukup besar yaitu mencapai 26,65 GW dengan area 708.000 km2 wilayah perairan di Indonesia merupakan perairan tenang dengan gelombang kurang dari 15 m/s yang tersebar di 271 lokasi.

Salah satu proyek membanggakan SolaRUV adalah PLTS Terapung Muara Akad yang terletak di Badung, Bali. PLTS Terapung Muara Tukad yang berlokasi di Badung, Bali, berhasil diproduksi pertama kalinya di Indonesia. PLTS Muara Tukad berkapasitas 100 kilowatt-peakk akan menjadi showcase sekaligus salah satu pemasok energi bersih selama perhelatan G20 di Bali pada November 2022.

Teknologinya dari Sungrow yang sudah berpengalaman dalam pengembangan Floating PV dengan kinerja lebih efisien, dimana air mampu mendinginkan panel saat proses menghasilkan listrik. Hal ini bisa mengurangi penguapan air, menjaga keberadaan air di danau lebih lama.

Dikutip dari penjelasan dari Majalah Anthropocene, keunggulan PLTS Terapung dapat disimpulkan sebagai berikut:

Bebas konflik penggunaan lahan;
Meningkatkan efisiensi panel surya;
Ikut menjaga kualitas air waduk;
Menghemat biaya infrastruktur jaringan transmisi;
Menghadirkan keseimbangan antara musim penghujan dan musim kemarau dalam sistem pembangkit listrik.

Utomo Charge+ solusi transportasi ramah lingkungan

Rahma Arzanti, yang lebih akrab disapa Azra, Manajer Utomo SolaRUV lebih fokus berbicara tentang pemanfaatan Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik Umum istilah bekennya SPKLU untuk mendukung mobilitas ramah lingkungan.

Sebagai pengguna motor listrik, saat di jalan saya sering ditanyai orang yang bertemu dengan saya. “Ngisi dayanya bagaimana Mba?” Ya.. memang selama ini saya selalu mengisi daya di rumah karena hanya dipergunakan untuk antar jemput anak. Kedepannya pasti bisa memanfaatkan SPKLU yang ada di berbagai titik sebagaimana keberadaan SPBU saat ini.

Rahma Arzanti, Manajer Utomo SolaRUV

Apalagi sekarang pengguna mobil listrik sudah mulai meningkat. Keberadaan SPKLU merupakan kebutuhan penting. Meskipun saat ini kendaraan listrik belum mendominasi pengguna jalan. Azra mengumpamakan keberadaan SPKLU seperti, ayam dan telur.

Keunggulan Utomo Chargeplus

Langkah yang diupayakan Utomo Chargeplus ini cukup beralasan, mempertimbangkan beberapa aspek mulai dari

Pertama, potensi mobilitas cukup tinggi, dilihat dari data laporan IMF jumlah penduduk Indonesia akan meningkat hingga 277,43 juta pada tahun 2023.

Kedua, jumlah pemilik kendaraan listrik di Indonesia diperkirakan akan mencapai 16.000 pada tahun 2025 dan 65.000 pada tahun 2030. Pasarnya masih luas, melihat manfaatnya untuk lingkungan karena minim emisi karbon.

Ketiga, Utomo Chargeplus memanfaatkan teknologi Fastest Legitimate Charging Operation DC Charging yang diadopsi dari Singapura. Solusi terintegrasi yang ditawarkan Charge+ yaitu pengisi daya ultra-sim ekslusif, perangkat lunak pengisian daya cerdas, serta model bisnis inovatif.

Keempat, Utomo Chargeplus menawarkan biaya terjangkau bagi pemilik mobil listrik dibandingkan mengisi daya di rumah masing-masing yang masih dikenakan tarif listrik konvensional.

SPKLU Utomo Charge+ di Tharin Nine Tower 1

Kelima, Jaringan luas yang memungkinkan konsumen menemukan SPKLU. Saat ini, Utomo Chargeplus sudah tersedia di Thamrin Nine Tower 1, gedung tertinggi di Indonesia, dengan 20 titik pengisian di superblock tersebut. Di Surabaya sendiri sudah tersedia di kurang lebih 10 titik. PT Petrokimia Gresik juga sudah menyediakan SPKLU di lingkungan kantornya.

Keenam, Utomo Charge+ sudah memenuhi perizinan lengkap, baik IUPTL maupun RUPTL. Perizinan ini menentukan tarif khusus yang bisa mendapatkan tarif khusus dari PLN.

Sekarang pilihan ada di tangan Teman KeluargaMulyana ingin beralih ke energi terbarukan, ramah lingkungan, lebih efisien karena hemat tarif listrik atau mau tetap bertahan dengan kondisi yang sudah ada?

3 Replies to “Begini cara Utomo SolaRUV, Charge+ garap energi terbarukan yang ramah lingkungan”

  1. Cocok banget ini buat daerah remote yang ga terjangkau PLN

  2. wah sangat informatif, terimakasih sudah berbagi ya kak 😀

  3. Sudah saat nya kita memang beralih ke energi terbarukan, lebih ramah lingkungan dan bagus buat kehidupan kita semua kedepannya. SPKLU Utomo Charge+ ini semoga semakin menyebar luas keseluruh penjuru di negeri tercinta.

Tinggalkan Balasan