Selama tiga puluh tahun lebih hidup di dunia ada saja jalan Allah untuk melindungi kami melalui doa dan amalan tiada putus dari orang tua saya. Sebetulnya banyak momen yang membuat saya bersyukur dengan datangnya pertolongan tak terduga. Sehingga membuat jalan hidup saya lebih mudah menghadapi aral melintang, cobaan hidup, lika liku kehidupan. Serasa terus disayang dan dilindungi. MasyaAllah..
Ditolong orang baik
Sering saat saya mengendarai motor, ada saja yang mengingatkan, seperti
Roknya tolong dilipat ke depan, takutnya masuk ke dalam jeruji.
Jagangnya belum dilipat Mba
Hati-hati hapenya mau jatuh
Kuncinya hati-hati nanti jatuh
Saat saya membonceng anak naik motor, ada pula yang memperhatikan
Adiknya duduknya miring Mba, hati-hati jatuh
Adiknya tidur Mba, hati-hati
Bahkan pernah saya beli bensin di pom bensin, saat hendak membayar ke petugas ndilalah duit di dompet ternyata kurang. Saya sudah bilang sama petugasnya, akan kembali lagi membayarnya setelah mampir ke ATM, tentu sambil menyerahkan KTP sebagai jaminan.
Kemudian orang di belakang antrian bilang ke petugasnya bahwa tak perlu ambil duit ke ATM karena akan ia bayari tanpa mau diganti. MasyaAllah ada saja orang baik seperti itu. Saya langsung bilang terima kasih banyak sudah mau bantu.
Pernah suatu ketika dompet dan hape saya ketinggalan di suatu tempat, ada saja orang baik yang mau menyimpannya dan memberinya ke petugas lobi di penginapan. Waktu itu saya ribet mau ambil foto pemandangan kebun teh, tanpa sadar malah ninggalin dompet dan hape. Baru sadar hape dan dompet saya hilang ketika sudah muterin kebun teh. Astagfirullah..
Baca juga : Hotel di Kebun Teh Lawang, Rollas Hotel and Resort
Begitu pula tab saya pernah ketinggalan di kios es krim, Museum Angkut. Waktu itu tab saya pakai untuk komunikasi menggantikan hape blackberry. Ribet sama barang bawaan ditambah harus bawa es krim. Alhasil es krim, eh tab ketinggalan di kios es krim. Setelah coba dihubungi beberapa kali, baru berhasil diangkat ketika saya sudah sampai di rumah. Buru-buru kami balik kesana, meskipun sudah malam karyawan kios mau datang ke pintu gerbang Museum Angkut. Katanya, kalau tak ada yang ambil mau dipakai sendiri. Alhamdulillah, saya masih nyadar punya tab. Wkwk
Kunci motor juga pernah masih menancap saat parkir di luar, tapi lagi-lagi bersyukur ngga ada pencuri yang ambil.
Andaikata yang menemukan barang berharga saya adalah orang jahat, mungkin saat itu tab, hape, dan dompet saya sudah raib duluan.
Meski begitu, saya juga pernah kehilangan barang, tapi harganya tak seberapa bila dibandingkan isi dompet dan hape saya. Kalau kata orang rezeki ngga kemana, puji syukur Allah SWT masih kasih rezeki saya berupa tak kehilangan barang berharga.
Allah SWT menjaga dari pria yang bukan jodoh saya
Masih teringat jelas, bagaimana papa memprotect saya dari pergaulan bebas. Waktu SMP saya punya kawan yang suka kenalan sama lawan jenis. Nama pun masa puber, masa tertarik dengan lawan jenis sedang di puncak-puncaknya. Tak ingin saya salah jalur, papa melarang berteman dengan kawan saya ini. Saat kawan saya telpon ke rumah, dibilang tidak ada, bahkan pernah diceramahi.
Begitu pula waktu SMA, ada teman pria yang ingin ajak saya jalan bareng ke sebuah acara pentas seni. Sampai bela-belain mau minta izin ke rumah orang tua. Tapi orang tua saya malah alihkan dengan mengajak saya jalan-jalan ke mall, terus saya beli kasetnya Gwen Stevani. Waktu itu sempat sebal, kenapa saya dilarang pergi berduaan sama teman pria. Pulangnya saya puas-puasin dengerin albumnya Gwen yang Love, Angel, Music, Baby.
Ketika teman di SMA sibuk pacaran, alhamdulillah saya sibuk temenan dan berkegiatan. Maklum waktu itu juga ngga ada yang naksir saya.
Baru saat duduk di bangku kuliah, ada senior yang naksir saya. Berhubung masih mahasiswa baru belum ada banyak kegiatan dan penasaran bagaimana menjalani hubungan pacaran, saya pun mengiyakan ajakannya. Setelah beberapa waktu menjalani hubungan rasanya hambar. Mungkin karena saya sudah terbiasa mandiri, saya sering dibilang cuek. Saya ngga terbiasa komunikasi intens dengan lawan jenis dalam hubungan pacaran. Haha
Orang tua juga mengajarkan saya mandiri, sehingga tanpa pacar pun saya bisa survive. Pada akhirnya saya menyudahi hubungan tersebut karena orang tua kelihatannya juga kurang sreg sama pacar saya waktu itu. Berkat doa orang tua saya, pasca putus dengan pacar pertama saya makin sibuk dengan berbagai kegiatan di kampus. Jadi pengurus di organisasi, ikut beragam kompetisi, nge-band.
Lucunya saya bisa kenal berbagai karakter pria, dan makin tahu bagaimana karakter pasangan yang dimau. Tentu sambil upgrade diri untuk memantaskan menjadi pribadi yang pantas dengan standar pasangan yang diidamkan.
Sampai lulus saya betah menjomblo karena belum ada yang cocok waktu itu. Setelah kerja saya baru siap memulai lagi hubungan serius dengan laki-laki yang tujuannya ke pernikahan. Bertemulah imam yang sekarang jadi ayahnya kakak dan adik twins. Hihi
Saya bersyukur Allah SWT melindungi saya dari pergaulan bebas di masa muda ketika berada jauh dari orang tua lewat untaian doa tiada putus dari orang tua.
Dilindungi dari kebakaran
Beberapa kali rumah nyaris terbakar akibat kelalaian saya. Apinya sudah berkobar lumayan di atas wajan. Saking paniknya, handuk kering di jemuran saya angkut buat memadamkan api. Saya takut api menjalar ke bagian atas kitchen set yang terbuat dari kayu. Seharusnya handuk saya basahi dulu pakai air baru saya taruh di atas wajan.
Beberapa kali pernah memanaskan nasi di dandang hingga airnya habis karena terlalu lama menghangatkannya, alhasil nasi bau sangit. Pernah juga menghangatkan makanan lalu ketiduran. Tiba-tiba terbangun tengah malam, baru ingat kompor masih menyala. Syukurlah waktu ketiduran api menyala dalam kondisi kecil. Meskipun panci gosong, alhamdulillah kompor saya ngga meledak.
Pernah juga pak suami yang menyalakan kompor terus ditinggal tidur tanpa bilang saya sebelumnya. Saya sempat mencium bau gosong dari dalam kamar, tapi saya tak sedang menyalakan kompor, pikir saya waktu itu. Tiba-tiba suami bangun lari ke dapur buat mematikan kompor. Sudah telat, masakan yang baru saya masak menjadi gosong.
Dapur kami letaknya di belakang. Berhubung di belakang hawanya panas karena beratap asbes dan rendah, akhirnya sering kami tinggal ke kamar atau ruang keluarga saat menyalakan kompor. Sejak peristiwa itu, ketika menyalakan kompor selalu saya tungguin di depannya. Meskipun sampai berkeringat. Kalau dipikir-pikir kami sering teledor menyalakan kompor di rumah. Tapi Allah SWT selalu selamatkan kami dari bencana kebakaran. Subhanallah.
Tak terhitung jumlahnya pertolongan dan berkah yang Maha Kuasa beri pada kami yang masih sering lalai ini. Kadang suka malu sendiri, jika masih suka mengeluh atas nikmat yang berlimpah. Semoga kita semua selalu menjadi bagian orang-orang yang terus bersyukur, dilindungi Sang Pencipta, dan dijauhkan dari marabahaya. Aamiinn.. Amiinn.. Ya Rabballalamin..