Cuaca akhir-akhir ini makin panas menyengat. Bahkan tiga kota di Indonesia diprediksi akan menembus suhu 40 derajat Celcius, prediksi BKMG.
3 Kota tersebut yaitu Semarang, Surabaya, Makassar. Hal ini disebabkan fenomena El Nino dan gerak semu matahari. Dampak dari fenomena ini adalah kekeringan, kebakaran hutan, kekurangan air bersih.
Saya merasakan sendiri bagaimana menyengatnya matahari Surabaya di siang hari sebab bertepatan dengan waktu jemput anak dari sekolah. Dampaknya makin banyak orang yang mudah terserang penyakit. Waktu kami ke rumah sakit bulan lalu, ruangan IGD yang biasanya sepi menjadi penuh pasien.
Anak-anak beberapa kali kena batuk pilek, saya pun juga sempat diserang batuk pilek karena kondisi badan yang kurang fit. Sebetulnya kenapa fenomena kemarau panjang bersuhu tinggi bisa terjadi tahun ini? Bagaimana cara menghadapinya? Saya akan mengulasnya satu persatu.
Dampak kemarau panjang di tahun 2023
Kemarau panjang akan membawa dampak kekeringan,
Kekeringan melanda sektor pertanian
Harga beras, gula & jagung meroket.
Belum lagi komoditi lainnya seperti cokelat.
Kebakaran hutan selama Januari-Agustus 2023 sudah mencapai 267.935,59 hektare (ha).
Belum lagi kebakaran akibat prewedd di Bukit Teletubbies Bromo seluas 50 ha.
Dan Gunung Lawu seluas 2.185 ha.
Sedih ketika baca berita lagi-lagi ada kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sepanjang tahun 2023. Yang lebih menyedihkan adalah kebakaran karena pemenuhan ego pribadi seperti yang terjadi di Taman Nasional Bromo, yang disebabkan oleh pemakaian flare di foto prewedding hingga sukses menghanguskan 50 ha Bukit Telletubies.
Bulan Oktober ini disusul kebakaran di Gunung Lawu seluas 2.185 ha. Meliputi wilayah Kabupaten Ngawi seluas 1.300 hektate, Kabupaten Magetan 700 hektare, dan Kabupaten Karanganyar seluas 185 hektare. Bagaimana dengan tahun-tahun berikutnya.
Muda Mudi Bumi Mulai Bergerak Atasi Perubahan Iklim
Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan