Tiap pulang dari Trawas, Prigen, Pandaan ke arah Surabaya pasti melewati masjid yang nampak seperti pagoda. Pengunjung datang dari seluruh penjuru kota bahkan tak sedikit berasal dari luar negeri. Rombongan bis berjejer ingin melihat langsung istimewanya bangunan khas Tionghoa yang keseluruhan bangunan didominasi warna merah menyala. Pulang dari De Picnic kami mampir ke masjid Cheng Ho Pandaan buat sholat magrib sekalian berburu durian. Tetep ujung-ujungnya kuliner. Wekeke
Review De Picnic bisa mampir ke postingan De Picnic, piknik di bukit Prigen

Teman KeluargaMulyana yang mau mampir ke air terjun bisa meluncur ke Air Terjun Putuk Truno, Air Terjun dekat Cimory Prigen

Masjid Cheng Ho Pandaan mampu menampung ribuan jamaah
Kalau Teman KeluargaMulyana pernah ke masjid Cheng Ho Surabaya pasti terheran-heran melihat masjid Cheng Ho Pandaan. Perbedaan yang mencolok, kapasitas jamaah di dalam masjid.
Masjid Cheng Ho Pandaan dibuat besar dan luas, mampu menampung 2 ribuan jamaah. Sedangkan masjid Cheng Ho Surabaya hanya mampu menampung maksimal 200 orang. Luas Masjid Cheng Ho Pandaan 5 kali lipat lebih besar daripada Masjid Cheng Ho Surabaya.
Luas bangunannya juga berbeda jauh. Masjid Cheng Ho Surabaya luas bangunannya hanya 11×9 meter persegi sehingga waktu jum’atan jamaah lebih banyak sholat di pelataran masjid Cheng Ho Surabaya yang bagian atasnya ditutupi terpal.
Sedangkan masjid Cheng Ho Pandaan luas bangunannya 550 meter persegi . Itu pun dibuat 2 lantai, sehingga mampu menampung banyak jamaah.
Sejarah masjid Cheng Ho Pandaan
FYI, Masjid Cheng Ho Pandaan merupakan salah satu dari 3 masjid yang mengabadikan nama besar Laksamana Cheng Ho yang diinisiasi pendiriannya oleh Komunitas Muslim China Indonesia sama seperti Masjid Cheng Ho Surabaya dan Masjid Cheng Ho Palembang.
Diberi nama Cheng Ho untuk mengenang Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Masjid Cheng Ho Pandaan dibangun tahun 2004, peletakan batu pertama masjid ini dilakukan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 30 Mei 2004. Selesai 5 tahun setelahnya di tahun 2008. Dibangun memakai lahan milik Perhutani yang menghabiskan biaya lebih dari 3,2 milyar dari anggaran pemda.
Dengan arsitektur khas Tionghoa dengan sentuhan dominasi cat merah, cat hijau untuk tulisan arab, cat keemasan dibagian pilar bangunan, serta atap bersusun tiga seperti pagoda khas Tionghoa, yang melambangkan bahwa manusia hidup di dunia tak hanya sibuk mengurusi masalah duniawi, tapi juga memikirkan urusan akhirat dengan memperbanyak mendekatkan diri pada Allah SWT.
Masjid Cheng Ho terdiri dari dua lantai. Lantai satu untuk pertemuan, lantai dua adalah lantai utama untuk sholat. Toiletnya dan tempat wudhu berada di samping kanan dan kiri masjid, juga ada di lantai dua.
Tempat parkir luas dan banyak pohon rindang. Makanya tempat ini sering dijadikan destinasi wisata religi sekaligus pusat oleh-oleh dan kuliner.
Mampir sholat di Masjid Cheng Ho Pandaan
Sayangnya meskipun parkiran luas, banyak bisa bisa masuk, waktu kami mau mampir kesana justru sempat ditolak juru parkir, katanya parkiran penuh. Maklum sore menjelang magrib memang selalu ramai tempat ini, karena banyak pengunjung pulang dari perjalanan wisata lalu mampir ke Masjid Cheng Ho.

Terus kami nekat nungguin sebentar di depan pintu keluar, ternyata ada kendaraan yang keluar pas di depan masjid pula parkirnya. Langsung aja pak suami nerobos masuk parkir disitu. Alhamdulillah rezeki orang sabar. Wkwk
Di pelataran Masjid ada `komplek pusat belanja oleh-oleh, suvenir, makanan, buah-buahan, mainan dan sebagainya. Seperti pasar penampakannya.
Waktu kecil, papa saya sering mampir kesini sepulang dari Trawas buat beli buah. Seingat saya beli durian waktu itu. Jadi inget pengalaman kejedot durian yang menggantung-gantung di depan kios buah. Lumayan sakit euy, sampai bekas durinya. Hiks
Waktu saya kesana pas musim durian, sebagai keluarga pecinta durian kami juga berburu durian. Kalau lagi musim harganya bisa murah sekali, seratus ribu dapat 4 biji durian.
Sedikit tips agar ngga rugi beli durian karena rasanya ngga enak, Teman KeluargaMulyana kudu bawa wadah kosong atau kotak bekal buat wadah durian yang akan dibeli. Durian yang kami beli dibuka semua di tempat, sehingga bisa cicipin rasanya satu persatu. Kalau rasa duriannya ngga enak bisa ditukar dengan yang lain.
Kalau rasanya oke, bisa dilanjutkan santap duriannya atau dimasukkan ke wadah makanan yang dibawa buat dimakan di rumah. Asyik kan bisa dapet rasa durian sesuai standar. *Emang dasar ngga mau rugi :p
Tentang Laksamana Cheng Ho
Laksamana Cheng Ho ternyata merupakan sosok yang cukup penting pada zamannya sebab ia adalah seorang kasim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403β1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming.
Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao (馬 δΈδΏ)/Sam Po Bo, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Cheng Ho adalah keturunan suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han tapi beragama Islam.
Pada abad ke-15 Cheng Ho berlayar ke Malaka. Cheng Ho berlayar ke Nusantara (Kepulauan Indonesia) sebanyak 7 kali. Waktu mampir ke Samudera Pasai, ia menghadiahi Sultan Aceh sebuah lonceng raksasa “Cakra Donya”, yang hingga kini tersimpan di museum Banda Aceh.
Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Wikramawardhana.
Cheng Ho juga menginisiasi pembangunan Masjid JingJue di Tiongkok lho! Masjid ini jadi masjid tertua penginggalan dinasti Ming di Tiongkok. Kalau ada rezeki ke Tiongkok, Teman KeluargaMulyana sempatkan mampir ke Masjid Jingjue yaa…
So, buat Teman KeluargaMulyana yang jalan-jalan ke Prigen, pulangnya sempatkan mampir ke Masjid Cheng Ho Pandaan sekalian cari oleh-oleh, beli buah durian. Hehe
Masjid Cheng Ho Pandaan, Pasuruan
Jl. Raya Kasri No.18, Petung Sari, Petungasri, Kec. Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur 67156
Aku kalo beli durian juga gitu Mbaaa, minta dikupas di tempat π. Atau makan di tempat juga. Jadi puaaaaas. Lagian mau dibawa utuh, ga ada yg bisa motong juga hahahaha.
Eh aku baru tahu Cheng ho ini dulunya Kasim . Sempet baca aja sejarah orang Kasim, mereka biasanya sudah di kebiri, tapi rata2 berpengetahuan luas dan sering jadi penasihat juga zaman dulu.
Nama Cakra Donya itu dipake sebagai nama drumband di sekolahku pas masih di Aceh π. Ternyata itu lonceng pemberian cheng ho yaaa
Iya pas googling baru tahu kasim itu dikebiri, kejam amat ya ngga berperikemanusiaan sampai dikebiri gitu.
Oh, dulu mba Fanny pernah sekolah di Aceh ya?
Iya betul, mungkin pernah lihat lonceng pemberian Cheng Ho itu?