”Pangan dari proses produksi, konsumsi hingga limbahnya menjadi salah satu penyebab krisis iklim . Tapi pangan juga menjadi solusi atas krisis iklim. Seperti dua sisi mata uang. Bagaimana cara manusia memproduksi dan mengonsumsi pangan mempengaruhi krisis iklim yang terjadi sekarang,” ucap bu Amanda Katili, Manager Climate Reality Indonesia saat membuka Talkshow Makanan Ramah Iklim dan Peluncuran E-Book “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo” yang diselenggarakan oleh Omar Niode Foundation.
FYI, Omar Niode Foundation merupakan organisasi nirlaba yang fokus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, citra budaya dan kuliner Nusantara, khususnya Gorotalo, di Indonesia dan mancanegara.
Kenapa harus makanan ramah iklim?
Selama tahun 2020, Indonesia mengalami total 2925 bencana alam. Seringkali dengar berita banjir, longsor, puting beliung di berbagai daerah di Indonesia. Saya jadi mikir, apa iya kiamat udah deket? Kok bencana dateng silih berganti dimana-mana? Apa yang harus dilakukan manusia buat mengubahnya?
Berbagai bencana yang terjadi selama tahun 2020 seharusnya bisa menjadi releksi diri. Apakah yang perilaku manusia yang harus diubah supaya iklim bisa kembali ramah untuk kehidupan manusia?
Perlu diketahui, Indonesia punya andil besar atas bencana ini. Penebangan hutan, pembakaran hutan, konsumsi energi, pola makan, pengelolaan sampah adalah beberapa penyebab dampak krisis iklim di Indonesia.
Produksi dan konsumsi pangan ikut menyumbang 30% dari total emisi gas rumah kaca pemicu perubahan iklim. Mencakup kegiatan pembuatan pupuk, pertanian, pengolahan, transportasi, ritel, manajemen makanan rumah tangga dan pembuangan limbah.
Perubahan iklim timbul, akibat dari aktifitas energi yang dipakai untuk produksi makanan, metode yang dipakai, apakah memakai bahan organik atau kimia, jarak tempuh sumber makanan hingga diterima di rumah.
Terus makanan ramah iklim itu apa?
Dari gambaran sekilas di atas, kira-kira udah bisa bayangin belum makanan iklim itu bentuknya gimana? Apakah beralih ke vegetarian?
Jadi makanan ramah iklim atau pola makan cerdas iklim yaitu
Pola makan yang sumbernya lebih banyak berasal dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran. Mengurangi konsumsi daging, sebab sumber makanan hewani menghasilkan karbondioksida lebih tinggi ketimbang sumber makanan nabati.
Produksi 1 kg daging sapi bisa menghasilkan 60 kg gas rumah kaca. Sedangkan kacang polong hanya menghasilkan 1 kg gas rumah kaca per kg. Baru tahu ternyata perbandingannya jauh sekali.
Pola makanan ramah iklim sejalan dengan pedoman gizi seimbang yang diterbitkan oleh Kemenkes, yang mana pola makan harian lebih banyak membutuhkan karbohidrat sebanyak 3-4 porsi, sayuran sebanyak 3-4 porsi dan buah-buahan sebanyak 2-3 porsi, ketimbang protein hewani yang porsinya hanya 2-4 porsi.
Berikut beberapa kriteria makanan ramah iklim:
✔ Membeli lebih banyak produk lokal yang produksinya dekat rumah sehingga mengurangi emisi.
✔ Mengurangi limbah makanan. Dengan cara masak hidangan tradisional secukupnya.
✔ Memilih makanan yang diproduksi dengan teknik pertanian cerdas iklim, yaitu strategi pertanian untuk mengamankan ketahanan pangan berkelanjutan dalam kondisi perubahan iklim.
✔ Membeli sumber makanan yang diperoleh dari lokasi terdekat. Kualitasnya lebih terjaga, masih segar, emisinya sedikit, juga bisa bantu pemasukan produsen lokal. Otomatis ngga perlu diolah dan didinginkan untuk menghambat pembusukan.
Penerapan pola makan cerdas iklim bisa mengurangi biaya sosial emisi gas rumah kaca sekitar 41-74 persen pada tahun 2030.
Hambatan menjalankan pola makan ramah iklim
Kenyataannya, Indonesia masih banyak mengimport bahan makanan. Lantaran kualitas import lebih bagus ketimbang hasil petani lokal. Seperti kedelai untuk tempe. Sebagian besar tempe memakai kedelai import sebab ukuran kedelainya seragam dan lebih bersih ketimbang kedelai lokal.
Masih ingat beberapa pekan lalu, harga kedelai impor sempat naik lantaran produksi kedelai impor terbatas. Butuh proses untuk menyelesaikan keterbatasan kedelai di Indonesia. Masih jadi PR besar petani Indonesia agar bisa menghasilkan bahan baku pangan berkualitas seperti punya asing.
Untuk memecahkan masalah ini, petani ngga cukup hanya memahami sumber daya yang dipakai untuk produksi makanan saja akan tetapi harus membenahi teknologi pertanian juga keterbatasan dana. Butuh kerja sama berbagai pihak memang.
Memulai pola makan ramah iklim
Untuk menjalankan pola makan ramah iklim sepenuhnya masih sulit diterapkan sebab bahan makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari masih bergantung pada sumber pangan impor.
Yang bisa dilakukan sekarang yaitu membeli sayuran organik langsung dari petani lokal. Dan mencoba menggali berbagai sumber pangan asli Indonesia.
Sebetulnya Indonesia ini negara kaya akan keanekaragaman hayati, jadi sayang bila penduduknya sendiri kurang menjelajahi sumber pangan yang ada. Dari data Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian, Indonesia punya 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis usmber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, serta 110 jenis rempah dan bumbu.
Untuk membantu masyarakat mengenali ragam kuliner Indonesia, budaya-indonesia[dot]org melakukan pemetaan 30.000 kuliner yang mengadopsi dari kekerabatan kuliner. Pengkatagorian kuliner dari berbagai daerah bisa dilihat jelas di aplikasi gawai Nusa kuliner. Fungsinya untuk membedakan kuliner tiap daerah. Seperti sambal Aceh dan sambal Manado ciri khasnya sudah berbeda. Begitu pula soto, tiap daerah punya ciri khas sotonya masing-masing.
Indonesia juga harus mengulik tradisi untuk berinovasi menciptakan wadah makanan dan minuman ramah iklim. Indonesia punya beragam teknik pengemasan kuliner, contohnya di Sumatera, sudah jadi tradisi makan memakai wadah dari pelepah pinang tapi sayang belum dimaksimalkan di berbagai daerah di Indonesia.
Malaysia sudah memanfaatkan pelepah pisang dari Indonesia yang dikomersialisasi dalam bentuk peralatan makan. Pelepahnya diambil dari Kalimantan dan Jambi.
“Nah, mestinya masyarakat Indonesia bisa memanfaatkan sumber alam yang dipunya untuk menggantikan wadah plastik maupun styrofoam,” saran Nicky Ria Aziman, Ketua Sobat Budaya.
“Di Itali, memakai metode “kuchinatera, cleasing of the earth“. Resto diluar kota besar yang menganut metode tersebut, biasanya membeli bahan yang jaraknya dekat, ngga lebih dari 50 meter. Di Prancis menyebutnya cuisine de therwa,” ungkap pak William Wongso.
Pak William kasih tips cara memilih makanan ramah iklim, sebaiknya memilih pola makan plant based. Banyak konsumsi sayuran dan buah. Makanan Indonesia pada dasarnya plant based. Tinggal bagaimana petaninya mampu menghasilkan tanaman berkualitas.
Mengenal lebih dekat kuliner Gorontalo
Ingin kuliner Gorontalo makin dikenal masyarakat Indonesia, Omar Niode Foundation meluncurkan E-Book “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo” yang disusun oleh bu Amanda Niode dan Zahra Khan. Teman keluarga mulyana bisa unduh gratis supaya bisa masak menu variatif di rumah.
Ciri khas makanan Gorontalo bersumber dari ikan dan sayuran lokal Gorontalo. Teknik memasak makanan Gorontalo lebih dominan dibakar dan direbus sebentar untuk mempertahankan rasa segar ikan.
Berkah hasil laut yang melimpah menjadikan masakan Gorontalo bercita rasa gurih dan nikmat. Saya sendiri baru mencoba masak Binte Buluhuta, lantaran suami ngga suka makan jagung di dalam sup. Setelah coba binte buluhuta, suami jadi suka makan sup yang ada jagungnya. Memang rasanya seger, gurih, nikmat deh!
Gorontalo punya menu beragam. Meski ada kemiripan dengan daerah lain seperti Manado, tapi masakan Gorontalo tetap punya ciri khas tersendiri. Lewat buku resep ini, Zahra ingin bercerita juga tentang asal usul masakan Gorontalo yang berasal dari budaya Gorontalo.
“Cara mengenalkan menu khas Indonesia, ngga cukup cuma mengandalkan cita rasanya saja. Supaya orang asing ingat, perlu mengenalkan latar belakang dan budaya dari menu tersebut,” ucap Pak William Wongso, pakar kuliner.
Makanya waktu melihat e-book “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo”, Pak William sangat menyambut baik. Sebab di dalam buku tersebut tak hanya menyajikan resep menu masakan khas Gorontalo saja. Melainkan juga menceritakan asal-usul dan budaya khas Gorontalo sehingga tercipta berbagai menu masakan Gorontalo.
Bagi teman keluarga mulyana yang ingin mencoba masak masakan Gorontalo, bisa mengunduh e-book “Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo” gratis. Ditunggu foto hasil masakannya yaa..
Wah acaranya menarik dan sangat menambah wawasan ya… aku pun di rumah berusaha banget agar jangan sampai membuang makanan soalnya sayang banget apalagi kalau mengingat effort buat nanem, ngolah makanan tersebut… kalau ada sisa aku masukin ke komposter untuk dibikin pupuk buat tanaman di rumah
Ternyata ada ya pangan ramah iklim. Baru tau kalau ternyata 1kg daging dapat memproduksi gas rumah kaca 60kg. Banyak banget dan sepertinya jarang orang tau. Sementara sayuran dalam hal ini kacang polong cuma 1kg. Beruntungnya karena saya lebih suka sayuran.
Kreatif ya … Wadah makanan dari pelepah pinang. Bagus banget tuh … Buat mengurangi limbah plastik
Jadi teringat dengan makanan tradisional yaa..
Yang kesemuanya ramah iklim dari mulai pembungkusnya hingga bahan makanannya.
Ingin sekali bisa meramu dengan baik seperti para chef.