Waktu kakak mulai tanya tentang apa itu pacaran? Dan cerita tentang temannya yang punya pacar, reaksi saya hanya balik bertanya. “Emangnya kakak tahu sebetulnya pacaran itu apa?” Reaksi kakak cuma meringis, bingung mau jawab apa. Sudah saya duga pasti dia cuma ikut-ikutan temannya. Beda sama reaksi ayahnya yang langsung nyamber bilang, “Kamu itu masih kecil kok udah mau pacaran aja”.
Tak kenal maka tak paham, sama seperti pacaran anak harus paham resikonya pacaran untuk masa depannya.
Ketika anak SD pacaran
Yeah, saya tahu lingkungan sangat berperan besar untuk membentuk perilaku anak. Ketika teman ada yang ngomong tentang pacaran, akhirnya yang lain juga ikut-ikutan tanpa tahu apa konsep pacaran itu sendiri.
Saya ngga kaget waktu kakak bilang tentang pacaran. Waktu SD saya dulu teman-teman udah mulai jodoin si A sama si B, si C sama si D waktu saya amati sebetulnya mereka cuma temenan biasa aja. Ngga ada kotak fisik seperti sering jalan berdua, sering jajan bareng, atau sering main bareng.
Mereka cuma ikut-ikutan agar dibilang anak “gaul” tanpa tahu konsep pacaran sesungguhnya itu apa.
Saya pernah nanya ke mba Wiwied, teman blogger yang anaknya sekarang kelas 5 SDN tentang peran sekolah untuk mengantisipasi siswa siswinya pacaran di sekolah.
Katanya, murid kelas 5 SD sudah mendapatkan penjelasan tentang sistem repoduksi. Sebab beberapa anak di kelas 5 SD sudah mulai ada yang menstruasi sehingga sangat penting bagi siswi SD yang sudah menarche agar lebih perhatian dan menjaga organ intimnya.
Anak yang sudah menarche otomatis harus lebih hati-hati dan jaga diri. Ketidaktahuan akan konsep pacaran, akan membawa dampak kurang baik akan hubungan dengan lawan jenis.
Tentang menarche sudah pernah saya tulis disini, pencet gambar dibawah ini aja
Mba Wiwied juga cerita tentang teman anak-anaknya yang sekarang lagi demen main aplikasi datting aps. Terus saya balik nanya, kok bisa anak-anak di bawah umur main datting aps. Yah, bisa jadi mereka cheating waktu log in mengisi profile sehingga anak-anak pun bisa akses aplikasi itu di gawai mereka.
Lantas apa yang harus dilakukan orang tua agar anak-anaknya paham betul makna pacaran. Begini caranya..
Peran orang tua mengenalkan pacaran ke anak
Beri pengertian tentang pacaran
Bisa jadi anak cuma ngomong pacaran tapi kenyataannya ngga, cuma suka-sukaan doang. Jangan tersulut esmosi dulu bapak ibu.
Tarik napas, hembuskan..
Kalau sudah tenang baru ajak obrol anak tentang konsep pacaran.
Berikut beberapa poin pacaran yang harus dipahami anak tentang pacaran
✅️Manfaat pacaran, bisa dibandingkan dengan sahabatan atau temenan aja. Kalau perlu ajak anak buat tulisin perbandingan manfaat pacaran dengan sahabatan dilist satu persatu. Suruh anak buat proposal perizinan pacaran kalau anak tetep keukeuh 🤭
✅️Kenapa orang harus pacaran sebelum menikah?
✅️Kapan waktu yang tepat untuk pacaran?
✅️Kasih contoh nyata efek buruk pacaran usia sekolah seperti kasih tontonan dua garis biru, pernikahan dini, dsb.
✅️Ajarkan nilai dalam agama islam yang melarang pacaran. Islam melarang pacaran
Peran orang tua sebagai penyuluh
Penyuluh disini adalah selalu ajak diskusi anak tentang sisi baik dan buruknya pacaran. Saya jelaskan ke kakak bahwa pacaran hanya diperbolehkan ketika seorang perempuan dan laki-laki sudah siap untuk serius menjalani hubungan sampai menikah.
Kalau kamu sudah siap menikah artinya kamu sudah siap hamil dan punya anak. Reaksi kakak langsung begidik sendiri saat membayangkan punya anak kecil di usia sekolah. Terus saya beri contoh video viral anak usia SD yang hamil dan sedang d iUSG dokter kandungan.
Boleh sesekali tanya, kamu sedang suka sama siapa di sekolah? Namanya anak pasti ada pernah rasa suka sama teman lawan jenisnya. Saya tak melarang anak-anak mau suka atau kagum sama temannya. Tapi suka tak harus diwujudkan dalam suatu hubungan “pacaran”, sohiban atau bro sis juga bisa kok!
Sering-sering ajak anak ngobrol ketika mereka senggang, agar mereka ngga curhat ke orang lain. Salah satu alasan anak cari pacar karena ingin mencari tempat cuhat karena orang tuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Kadang anak-anak hanya butuh teman bercerita untuk didengarkan, tak butuh solusi apalagi tausiah.
Peran orang tua sebagai filter
Zaman digital ini membuka peluang lebar anak bisa berkenalan dengan orang baru lebih mudah dengan siapa saja, dimana saja.
Sebaiknya anak SD hanya difasilitasi gawai untuk bermain dan belajar saja, jangan unduh sosial media apalagi sampai punya akun sosial media sendiri.
Kalau pun punya akun yang tahu user passwordnya cuma orang tua. Jadi anak ngga megang kendali sendiri atas user password sosial medianya.
Orang tuanya memang kudu lebih canggih dari anaknya dan selalu up to date sama perkembangan digital. Biar diajak ngomong sama anak terus nyambung.
Yang bahaya itu kalau sampai kopdaran sama orang yang ia kenal di dunia maya terus diajak ke tempat yang naudzubillah. Memang paling aman kemana-mana orang tuanya yang anter jemput anak.
Beri anak kesibukan di luar jam sekolah
Salah satu cara mengalihkan pikiran anak tentang pacar yaitu dengan cara memberinya segudang kesibukan. Jangan sampai anak terlihat mengganngur sehingga melakukan kegiatan yang tak diinginkan.
Terlewat batas anak beselancar di dunia maya juga akan berefek buruk bagi anak. Lebih baik aja anak bekegiatan di rumah seperti mengerjakan hobi main lego, menjahit, membuat prakarya, ikut klub olahraga, memasak, hafalan surah, belajar bahasa inggris lewat aplikasi, becocok tanam, memelihara binatang, beres-beres rumah, dan masih banyak kegiatan positif lainnya.
Sekian dulu tips tentang mengenalkan pacaran ala anak SD, kalau Teman KeluargaMulyana punya ide atau berbagi pengalaman boleh tulis di kolom komen, agar orang tua lainnya bisa belajar juga.
Aku sempet kepikiran juga ttg ini. Gimana kalo anak2ku udah tau pacaran sejak dini. Semoga ga sih.. intinya memang hrs terbuka antara ortu dan anak ya mba. Jangan sampe mereka jadi salah jalan hanya Krn ortunya sendiri cuek. Wajar kalo si anak mencari perhatian dari luar termasuk dari lawan jenisnya.