Cerita Keluarga Cemara 2 tak kalah menarik dari Keluarga Cemara 1. Konflik di Keluarga Cemara 1 lebih fokus ke Abah yang sedang berusaha mencari penghasilan setelah kena tipu dari kantornya, Emak yang mulai melihat peluang menambah penghasilan dari rumah, Euis yang mulai beradaptasi di sekolah baru. Di Keluarga Cemara 2 konflik kakak beradik mulai terasa. Pengembangan karakter Ara sangat terlihat disini, sebab Ara mulai tumbuh menuju ke usia remaja.
Baca juga : Tren pekerjaan untuk generasi milenial, anak, cucu kelak
Pemeran Keluarga Cemara 2
Ringgo Agus Rahman sebagai Abah
Nirina Zubir sebagai Emak
Adisty Zara sebagai Euis
Widuri Puteri sebagai Ara
Niloufer Bahalwan sebagai Agil
Muzakki Ramdhan sebagai Ariel
Kafin Sulthan sebagai Deni
Abdurrahman Arif sebagai Romli
Asri Welas sebagai Ceu Salma
Teman Euis
Yasamin Jasem sebagai Rindu
Joshia Frederico sebagai Andi
Kawai Labiba sebagai Ima
Keluarga Cemara 2 tentang apa?
Masih tentang perjuangan Abah dan Emak untuk menambah penghasilan pasca pandemi. Abah mulai diterima kerja di peternakan ayam. Sedangkan Emak masih sibuk berjualan opak sambil mengasuh Agil yang berusia balita. Euis sibuk dengan kegiatan di sekolah sehingga waktu bersama Ara pun berkurang. Ara merasa kesepian , tak punya teman. Bahkan Abah tak sempat untuk mengantarkan Euis dan Ara ke sekolah karena sibuk bekerja.
Konflik kakak beradik mulai terasa, saat Euis tak bisa memenuhi janjinya untuk menjemput Ara pulang sekolah karena banyak kegiatan di sekolah Euis dan tak punya banyak waktu untuk menemani Ara bermain. Puncak konfliknya ketika Euis juga minta pisah kamar dengan Ara karena butuh privasi.
Sejak Ara pisah kamar dengan Euis mereka jarang ngobrol. Euis asyik komunikasi dengan teman-teman dan pacarnya lewat gawai.
Saat perjalanan pulang sekolah Ara menemukan anak ayam yang ditinggalkan induknya di pinggir jalan. Lalu ia memungutnya setelah menunggu sambil berhitung sampai seratus. Kocak si Ara ini. Ckck..
Anak ayam itu dinamai ayam neon dirawat sekaligus jadi teman yang menemani keseharian Ara. Bahkan kandang yang ditaruh dalam kamarnya dibuat seperti rumah yang ada jendelanya, ada kasurnya, gemoy deh! Meski namanya ayam neon, tapi warna ayamnya asli ngga diwarnai, cuma jenisnya sama seperti ayam neon yang dijual di sekolah Ara.
Anehnya Ara bisa komunikasi sama ayam neon. Keyakinannya makin bertambah setelah ia bertanya pada Romli tentang apakah manusia bisa mengerti bahasa binatang atau tidak. Jawaban Romli berbeda dengan keyakinan Abah, Emak, dan Euis yang tak percaya Ara bisa mengerti bahasa ayam neon.
Romli mengatakan waktu kecil ia bisa mengerti bahasa binatang sama seperti yang dialami Ara. Suatu hari, ayam neon gelisah, menurut Ara ayam neon sedang mencari orang tuanya. Walaupun Abah tak mau mengantarkan Ara berusaha mencari orang tua ayam neon, Ara nekat pergi jauh bersama temannya, Ariel.
Akankah Ara menemukan orang tua ayam neon?
Apakah Abah, Emak, dan Euis akan percaya Ara mengerti bahasa binatang?
Gimana hubungan Euis dan pacarnya?
Silahkan tonton sendiri filmnya, udah kebanyakan spoiler disini. Hehe
Gaya parenting Abah dan Emak di Keluarga Cemara 2
Emak yang bijak
Saya salut sama Emak yang bisa jadi penghubung komunikasi antara Abah dan Euis, serta cara berkomunikasi ke Euis yang ingin dimengerti sebagai remaja yang ingin punya ruang lebih banyak untuk dirinya sendiri.
Emak pun ngga langsung marah ketika memergoki Euis yang mau ciuman sama Deni di rumah Euis. Bahkan ia berfikir mungkin sudah waktunya Euis merasakan jatuh cinta karena memang sudah usianya dan mendiskusikannya bersama Abah.
Namanya remaja makin dilarang, makin penasaran. Akhirnya Euis dibolehkan dekat sama Deni. Emak bilang ke Euis,
“Mungkin memang sudah saatnya Euis merasakan jatuh cinta, sebab selama ini Emak merasa seperti baru kemarin Euis masih kecil. Ingat, tiap tindakan itu ada resikonya. Kalau ada yang perlu diceritain ke Emak, cerita saja. Emak siap dengerin.”
Dari perkataan Emak bisa diambil kesimpulan bahwa Emak ngga terang-terangan melarang Euis pacaran, hanya mengingatkan bahwa pacaran itu ada resikonya dan harus siap menerima resikonya, sehingga harus hati-hati. Karakter remaja lebih ingin didengarkan. Agar orang tua mengerti apa yang dialaminya, maka dari itu Emak berusaha memahami suasana hati Euis dengan jadi teman curhat Euis, jika ada unek-unek yang ingin diceritakan Emak siap dengerin.
Emak juga sebagai penengah ketika Euis ingin pisah kamar dengan Ara. Emak coba bicara empat mata dengan Euis tentang keinginannya pisah kamar dengan Ara. Emak juga minta Abah menyiapkan kamar yang nyaman untuk Ara dan mengecatnya. Emak juga minta Abah untuk memenuhi permintaan Ara mencari orang tua ayam neon.
Sayangnya Abah sibuk kerja sehingga belum bisa memenuhi janjinya membenahi kamar Ara.
Anak butuh selalu diperhatikan
Kesibukan Abah, Emak, dan Euis membuat Ara kesepian. Hingga Ara bertemu teman barunya, ayam neon. Untungnya Abah dan Emak memperbolehkan Ara merawat dan menemaninya ketika di rumah.
Kalau TemanKeluargaMulyana sibuk hingga tak punya waktu cukup bersama anak, punya hewan peliharaan bisa jadi solusi untuk menemani anak selama di rumah.
Meski begitu, usahakan selalu luangkan waktu berkualitas bersama anak meskipun cuma satu jam tiap harinya. Agar anak merasa tetap diperhatikan orang tuanya.
Belajar menyelami dunia anak
Abah sempat bertanya dengan Romli dan petugas di peternakan tentang apakah bisa memahami bahasa binatang. Ia pun coba berbicara dengan ayam di peternakan, tapi sayang sia-sia karena tetep tak tahu apa yang dikatakan ayam. Wkwk
Jika anak punya kesenangan baru, memang sebaiknya orang tua juga berusaha memahami dan beri kesempatan pada anak untuk melakukannya.
Moga gaya parentingnya Abah dan Emak bisa pembelajaran TemanKeluargaMulyana untuk menjadi orang tua yang lebih bijak sekaligus teman bagi anak.
Kalo ngeliat keluarga Cemara ini pengeeen banget bisa kayak gitu, tapi sampe skr belum bisa sesabar emak 🤣🤣. Yg ada udah kayak mercon meledak mungkin kalo aku di posisi itu. Padahal memang seharusnya diksh tau dengan cara tidak menghakimi atau ultimatum ya mba.
Sbnrnya bukan cuma anak skr sih, tapi anak zaman ku dulu seharusnya memang pakai cara diskusi begitu, bukan malah melarang. Belajar dr pengalaman, aku juga dilarang2 utk banyak hal Ama papa, tapi tanpa alasan jelas. Jadinya yg ada, aku berontak, dan ga bisa Deket Ama ortu. Alasanku kenapa merantau ke JKT juga Krn itu sebenernya. Menghindari berantem Ama mereka.
Utk anak2ku, ga pengen sih bersikap sama kayak papa mama dulu. Aku juga maunya bisa Deket dengan mereka. Supaya mereka setidaknya terbuka dan ga ragu cerita. Cuma masalah sabarnya ini yg aku msh harus banyaaaak belajar.