“Kak, cobain buah ini deh enak,” sewaktu saya coba mengenalkan makanan yang sebelumnya ia belum pernah makan. “Ngga mau”, sambil geleng-geleng. Begitulah reaksi kakak saat saya berusaha mengenalkan hal-hal baru. Belum dicoba, udah nolak duluan. Denger dari cerita teman, bahwa anaknya gampang nyerah waktu dihadapkan sama kesulitan. Untuk itu, menanamkan resiliensi pada karakter anak usia dini itu penting.
Apa itu karakter resilient?
Yaitu kemampuan menghadapi tantangan dan punya mental kembali bangkit bila mengalami kegagalan atau tak mudah putus asa.
Berkembangnya teknologi sejak 10 tahun terakhir menuntut seseorang berpikir cepat, adaptif dan menjadi pribadi yang tangguh. Tapi sayang, mental anak zaman now kurang matang bila dibanding generasi sebelumnya. Faktor besar yang mempengaruhi tentu saja dari internet.
Begitu lahir muka udah majang di sosial media, segala sesuatunya bisa dicari di internet, jajan, belanja, mau pesen kendaraan semua bisa pake internet. Lebih instan dan mudah. Nah, dampaknya anak-anak generasi alfa, kurang punya mental juang, gampang nyerah dan pengennya serba instan.
Tugas orang tua nih, buat menanamkan resiliensi pada karakter anak usia dini. Psikolog keluarga dari rumah dandelion, Nadya Pramesrani bilang, usia 0-5 tahun pertama adalah masa terbaik untuk mengembangkan resiliensi. Karena masa tersebut masa anak bereksplorasi dan mencoba hal baru. Anak lebih mudah menerima, saat diajarkan hal baru.
Dalam 5 tahun pertama kehidupannya, si kecil akan banyak mengambangkan dasar-dasar kepercayaan diri dan sense of competence (keyakinan atas kemampuan dirinya) yang menjadi fondasi dalam menghadapi tantangan-tantangan tumbuh kembangnya (Masten & Gewirtz, 2006).
Sekarang kita hidup di zaman yang berkembang serba cepat, penuh ketidakpastian dan kompetitif, atau dinamakan VUCA World. VUCA sendiri singkatan dari selalu bergerak (Volatility), tidak pasti (Uncertainty), kompleks (Complexity) dan ambigu (Ambiguity).
Kemajuan teknologi menjadi dunia seakan tak ada batas. Tantangan generasi penerus lebih berat, sebab ia akan bersaing dengan dunia global. Kelak, menjadi hal wajar bila anak kita bisa bekerja di luar negeri. Kedepannya, modal kepintaran saja tak cukup untuk menghadapi dunia, harus punya karakter tangguh juga. Makanya membentuk resiliensi karakter anak usia dini itu wajib.
5 Karakter Anak Resilient
Ada 5 karakter anak resilient, antara lain:
Adaptif
Kemampuan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat.
Berani
Keberanian mencoba dan menghadapi hal baru atau tantangan.
Mandiri
Bisa mengandalkan diri sendiri untuk mengambil keputusan.
Gigih
Tak mudah menyerah dan putus asa saat menghadapi tantangan.
Banyak Akal
Mencari solusi saat menghadapi tantangan.
Bagaimana Cara Mengembangkan Resiliensi pada Si Kecil?
Orang tua memberikan purposeful exposure.
Yaitu tantangan-tantangan yang sengaja diberikan untuk mengembangkan resiliensi si kecil. Anak perlu mendapat tantangan yang sesuai sama kemampuan dan usianya supaya tahu bagaimana reaksinya saat menghadapi masalah juga batas kemampuannya.
Tentunya didukung oleh perhatian dari keluarga, nutrisi memadai dan kesempatan untuk berlatih. (Masten & Gewirtz, 2006).
Ciri Purposeful Exposure
Ciri aktifitas yang bisa mengembangkan karakter resilient si kecil antara lain:
✅ Bukan sekedar bermain sesuai usia.
✅ Memberi tantangan lebih.
✅ Memunculkan perubahan.
✅ Anak berperan aktif.
✅ Resikonya atau tantangannya medium.
Sedangkan aktifitas daily exposure yang bertujuan melatih keterampilan atau daily exposure, yaitu jenis aktifitas sebagai berikut:
✅ Stimulasi perkembangan sesuai usia.
✅ Bagian dari rutinitas.
✅ Mengembangkan life skills.
✅ Anak tak selalu aktif.
✅ Resiko dan tantangannya lebih rendah atau tak ada.
Terlihat perbedaannya kan. Keduanya penting, namun perlu diperhatikan untuk mendidik anak resilient fokus ke aktifitas yang bersifatpurpose exposure.
Bentuk Kegiatan Purposeful Exposure untuk anak usia 1-3 tahun
Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan orang tua untuk mengasah karakter resilient anak, seperti:
Berlibur
Saat berlibur, orang tua akan mengajak anak keluar dari rutinitas harian. Anak akan beradaptasi pada situasi dan kondisi yang berbeda jauh dengan di rumah.
Outbound
Kasih tantangan fisik ke anak dengan aktifitas outbound, supaya ia bisa bergerak aktif dan memberi kesempatan mencoba beragam aktifitas yang berbeda dengan kesehariannya.
Simple Family Project
Lakukan proyek bersama keluarga, misalnya membuat rumah-rumahan dari kerdus bekas. Atur pekerjaan mana yang harus dilakukan anak dan mana yang dilakukan orang tua. Contohnya, orang tua yang memotong dan menggunting, sedang anak yang menghiasi dan menempel. Bantu anak menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai walaupun ia mulai merasa bosan.
Nutrilon Royal Bantu Membentuk Karakter Resilient
Sebagai bentuk komitmen Nutrilon Royal membantu orang tua menjadikan si kecil resilient secara fisik dan mental, pada tanggal 12-15 Desember lalu bertempat di Pakuwon Mall, Nutrilon Royal menghadirkan acara edukasi pada orang tua di Royal Lounge Nutriclub.
Ada beberapa aktifitas yang bisa diikuti oleh orang tua dan anak, seperti:
Konsultasi langsung dengan para ahli.
Sharing session dengan celebrity mama.
Permainan edukatif untuk mengembangkan karakter resilient nya.
Tujuan diadakan acara ini adalah untuk mengedukasi orang tua bahwa, karakter resilient buka bawaan dari lahir. Butuh peran serta, dukungan orang tua dan lingkungan terdekat terus menerus untuk membentuk karakter resilient si kecil.
Celebrity mama, Nadia Mulya bercerita, ia sering memanfaatkan artikel dan tes resiliensi di Nutriclub untuk mengetahui informasi seputar pola asuh terkini. Serta tak lupa memberikan nutrisi seimbang untuk mendukung daya tahan tubuh dan mengasah karakter resilient si kecil supaya siap hadapi masa depan.
Saya juga udah coba ikut tes resilient di Nutriclub dan hasilnya seperti ini.
Mama juga bisa ikut tes resilient di Nutriclub.co.id lho! Tesnya mudah dan cepet. Ada beberapa pilihan tes untuk mengetahui sampai dimana kemampuan koginitif anak, keterampilan kreatif, keterampilan interaktif, keterampilan verbal, kemampuan motorik halus dan keterampilan fisik si kecil.
Nah, mulai sekarang mari kembangkan resiliensi pada karakter anak usia dini supaya kelak siap hadapi tantangan di masa depan.
kadang-kadang para moms gak sadar mereka menanam sifat penakut pada anak dengan suka melarang-larang padahal berpengaruh pada keberanian si anak
Nah, iya kebanyakan dilarang bikin anak ngga PeDe coba segala hal. Kalo orang tuanya kuatiran mending ikutin anaknya kegiatan terus ditinggal ortunya
Acaranya menarik nih. Informasinya juga penting dan bermanfaat banget. Tantangan banget ya buat orang tua jaman sekarang, biar anak-anaknya gak tumbuh jadi generasi serba instan
Baru tahu tentang 5 Karakter Anak Resilient nih aku, Kak… jadi tambah ilmu tentang karakter anak yang perlu dikembangkan sejak dini. Emang sih aku udah nggak ada anak kecil, tapi ponakanku berderet-deret, ntar pas ketemu adikku bisa kureferensiin tulisan ini. Bagus banget buat pengetahuan orangtua yang masih punya anak kecil
Alhamdulillah most of criterias ada di Salfa
Cuman yang namanya anak kecil, seringkali terdistraksi dengan berbagai kondisi
Namun kalau orang tuanya kompak, pastinya akan terasah dengan baik semuanya.
Salfa anak pinter, siapa dulu dong bundanya. Kudu banyak belajar dari Bunda Cekatan nih.
Hari gini memang penting banget deh menumbuhkan karakter resilient kepada anak-anak, karena tekanan hidup Makin kuat ya. Marak orang bunuh diri.
Iya mba, sedih ya banyak anak muda yang depresi dan mencari jalan keluar pendek seperti itu.