Ini penyebab masalah gigi dan mulut selama pandemi meningkat – Penelitian Smile Global Research Report 2021 ditemukan bahwa selama pandemi, 7 dari 10 orang kembali fokus menjaga kesehatan fisik dan mental. Tapi kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut. Jumlah orang yang rutin sikat gigi dua kali sehari lebih sedikit dibandingkan tahun 2018. 1 dari 3 orang dewasa mengaku melewati hari tanpa menyikat gigi. Sebanyak 73% orang mengalami masalah gigi dan mulut.
Faktanya, saat orang tua ngga sikat gigi, anak akan menirunya. Resiko untuk anak, mereka akan 14 kali lebih sering ngga menyikat gigi bila orang tuanya ngga rutin menyikat gigi dua kali sehari. Oiya, saya pernah nulis tentang cara mengajarkan sikat gigi ke anak.
Masih banyak kebiasaan salah orang tua yang dilakukan pada anaknya seperti, 1 dari 2 orang tua memperbolehkan anak mengonsumsi makanan manis sebelum tidur, 1 dari 5 orang tua mengizinkan anak ngga menyikat gigi sebagai sebuah hadiah.
Saya juga ngga abis fikir, kok bisa ada orang tua yang mengizinkan anak ngga menyikat gigi sebagai sebuah hadiah. Mungkin saking susahnya anak diajak menyikat giginya sendiri kali ya.
Perubahan fokus kebiasaan selama pandemi
Perubahan fokus kebiasaan selama pandemi diutarakan oleh drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent, MDSc – Head of Sustainable Living Beauty & Personal Care and Home Care Unilever Indonesia Foundation
Unilever saat webinar peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2021.
Hasil survei Global Pepsoden 2020 di Indonesia menunjukkan, 7 dari 10 orang mengatakan lebih fokus pada masalah kesehatan fisik dan pemenuhan kesejahteraan selama pandemi. Survei telah dilakukan 8 negara, responden asal Indonesia sebanyak 1000 responden usia 18 tahun ke atas.
Lima masalah kesehatan gigi dan mulut
Sebanyak 73% orang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut diantaranya:
– Sebanyak 36% mengalami mulut kering
– Sebanyak 34% mengalami bau mulut
– Sebanyak 34% mengalami gusi dan gigi berdarah saat menyikat gigi (flossing)
– Sebanyak 31% mengalami nyeri pada gigi, gusi, maupun mulut.
– Sebanyak 25% mengalami kemunculan karies baru.
Kondisi kesehatan gigi dan mulut makin diperburuk dengan tingginya resiko penularan virus corona.
Takut ke dokter gigi selama pandemi
Ada peningkatan kesadaran menjalankan pola hidup sehat agar fisik tetap sehat selama pandemi. Tapi sayangnya ngga diimbangi dengan kebiasaan merawat gigi dan mulut.
Dari data penelitian di atas bisa dilihat, bahwa 70% masyarakat belum memprioritaskan perawatan gigi dan mulut. Banyak orang yang takut ke dokter gigi, sebanyak 7 dari 10 orang mengaku menghindari periksa ke dokter gigi.
Berikut fakta prosentase kunjungan ke dokter gigi selama pandemi.
– Sebanyak 67% menghindari memeriksakan gigi dan mulut ke dokter gigi sejak pandemi.
– Sebanyak 59% orang menghindari ke dokter gigi meskipun giginya bermasalah.
– Sebanyak 39% ngga pernah ke dokter gigi dalam kurun waktu setahun terakhir.
– Hanya 32% yang mengaku pernah ke dokter gigi selama pandemi.
Bisa dimaklumi, sebab saat ke dokter gigi mulut yang harusnya bermasker menjadi harus dibuka lebar sampai ke dalam mulut saat berada di luar rumah bersama orang lain. Sebetulnya yang beresiko tinggi justru dokter gigi, sebab ia harus memeriksa banyak pasien dalam kondisi mulut terbuka lebar.
Karena beresiko tinggi, di awal pandemi dokter gigi sempat ngga praktik untuk menerima pelayanan langsung ke pasien dan ngga mengedukasi serta sosialisasi sebagai bentuk pengabdian masyarakat selama 4 bulan.
Padahal banyak permintaan dan keluhan dari masyarakat, klinik, rumah sakit, dan institusi pelayanan kesehatan supaya dokter gigi bisa segera praktik kembali. Sebab masyarakat kesulitan mendapat perawatan gigi dan mulut.
Selain takut ke dokter gigi, selama pandemi banyak orang semakin berhemat dan meminimalisir berobat ke dokter. Kebanyakan orang memilih mengobatinya sendiri selagi bisa.
Malas sikat gigi
Bahkan, 30% responden Indonesia mengaku pernah melewati sehari penuh tanpa menyikat gigi. Sebanyak 46% alasan mereka ngga sikat gigi karena malas. Sebanyak 13% ngga menyikat gigi dua kali dalam sehari dan sebanyak 25% ngga menyikat gigi sebelum berangkat kerja.
Eiyuh, ngga kebayang seharian ngga sikat gigi padahal mulut dipakai rutin makan dan minum berbagai macam makanan dan minuman. Belum lagi timbul bau mulut.
Selain itu, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memakai obat kumur. Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 52% orang rutin memakai pembersih tangan dibandingkan obat kumur yang hanya 20%.
Sikat gigi rutin yang mendasar saja diabaikan, apalagi memakai obat kumur. Biasanya hanya orang sudah faham betul menjaga kesehatan mulut baru rutin memakai obat kumur. Untuk masyarakat yang penghasilannya pas-pasan, mereka jarang memakai obat kumur.
Menuju Indonesia bebas karies 2030
Demi mewujudkan Indonesia bebas karies pada tahun 2030, sejak tahun 2010, Unilever bersama Kementerian Kesehatan, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi (AFDOKGI) rutin mengadakan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) yang diperingati tiap tahun.
Lewat gerakan “Indonesia Tersenyum”, mengajak semua orang menjadi “Pahlawan Senyum” untuk mewujudkan Indonesia bebas gigi berlubang.
Sudah lebih dari 520 ribu layanan periksa gigi gratis, edukasi kesehatan gigi dan mulut pada 30 ribu masyarakat. Berhubung sekarang pandemi konsultasinya via daring saat Bulan Kesehatan Gigi Nasional.
Semua orang bisa menjadi pahlawan senyum sesuai perannya masing-masing. Ngga cuma orang dewasa aja yang bisa jadi pahlawan senyum, anak-anak juga bisa jadi pahlawan senyum untuk saudaranya, teman-temannya. Seperti jadi dokter gigi cilik gitu.
Hari kesehatan mulut dan gigi sedunia 2021
Melihat masalah gigi dan mulut selama pandemi makin mengingkat, di Hari Kesehatan Mulut dan Gigi Sedunia 2021 Unilever bersama FDI World Dental Federation dan PDGI fokus mengajak masyarakat melalui gerakan “Yuk, #SikatGigiSekarang!” untuk senyum sehat dan hidup yang lebih sehat.
Caranya sederhana, sikat gigi 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan sebelum bobo malam.
Kelihatannya sederhana ya, tapi praktiknya masih banyak yang lalai melakukan sikat gigi tepat waktu.
Harapan dari gerakan “Yuk, #SikatGigiSekarang!” yaitu, mampu mengubah kebiasaan masyarakat yang belum menyikat gigi rutin dua kali sehari menjadi rutin sikat gigi tepat waktu, dua kali sehari. Serta mengajak masyarakat untuk segera memeriksakan gigi dan mulut ke dokter gigi bila ditemui permasalahan pada gigi dan mulut.
Ngga usah takut ke dokter gigi selama pandemi
Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp. BM (K) MM, Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) bilang, ngga usah takut ke dokter gigi soalnya dokter gigi dan tenaga kesehatan sudah punya standar pelayanan sesuai Buku Panduan Dokter Gigi dalam Era New Normal.
Dengan adanya kebijakan adaptasi kebiasaan baru dari pemerintah, Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB-PDGI) akhirnya memperbolehkan doter gigi untuk membuka praktik kembali.
Tentunya dengan berbagai ketentuan yang harus diaati untuk melindungi dokter gigi dan tenaga kesehatan dari virus covid-19 dan menghindari peyebaran inveksi di ruangan praktik dokter gigi. Sehingga pasien merasa nyaman ke dokter gigi.
Selama pandemi, dokter maupun tenaga kesehatan harus memakai APD lengkap dan rutin diganti berkala, ruangan rutin disterilisasi, menerapkan protokol kesehatan, pasien yang datang harus dalam kondisi sehat, ada screening awal sebelum masuk ruang tunggu dokter gigi seperti pengukuran suhu tubuh.
Mengajarkan anak sikat gigi
Saat perayaan Hari Hari Kesehatan Mulut dan Gigi Sedunia 2021, hadir pula Duma Riris, seorang mom influencer dari dua anak juga istri penyanyi beken Judika.
Perempuan yang akrab dipanggil Duma juga berbagi tips tentang bagaimana cara mengajak anak-anaknya rutin menggosok gigi dua kali sehari.
Berpegang pada konsep, Childreen See, Children Do, Duma yakin anak-anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya, tanpa harus disuruh dan dipaksa. Cukup ajak anak gosok gigi bersama ketika pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
Unilever melalui Pepsoden juga sudah membekali orang tua dan anak untuk menjaga kesehatan gigi lewat beragam media.
👍🏻 Mulai dari panduan untuk orang tua dalam mengajarkan anak sikat gigi.
👍🏻 Cerita bergambar dan video petualangan Mama Sigi dan Si Pepo tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi.
👍🏻 Kalender menyikat gigi selama 21 hari, lengkap dengan stiker pagi dan malam.
👍🏻 Sertifikat menyikat gigi selama 21 hari sebagai apresiasi anak agar anak makin rajin menyikat gigi.
👍🏻 Permainan memori berkarakter Mama Sigi dan Pepo.
👍🏻 Lembar mewarnai gambar tentang merawat gigi.
Teman keluarga mulyana bisa mengunduh gratis semua media di atas di tanya pepsoden. Asyik kann.. saya juga mau unduh supaya anak-anak makin rajin sikat gigi.
Semangat terus membangun kebiasaan baik Yuk, #SikatGigiSekarang! dua kali sehari, setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam selama di rumah.
Setuju banget dengan apa yang disampaikan Duma Riris : children see, children do. Teladan baiklah yang akan dilihat oleh anak-anak. Kalau mau anak punya kebiasaan baik dalam menyikat gigi, tentu orangtua harus memberikan contohnya dulu, tidak sekadar memberi perintah.
betul ya perlu dijaga sebelum sakit, kalau sudah sakit gak nahan. Makanay aku sangat mendisiplinkan anak2 untuk menjaga kebersihan gigir mereka
Setuju pakai banget.
Anak-anak akan meniru perilaku orang tua.
Makanya penting banget menjadikan perilaku menyikat gigi dua kali sehari jadi bagian dari gaya hidup keluarga.
sekarang anak anakku sudah terbiasa gosok gigi sebelum tidur, aku senang.
karena ini bisa membantunya menjaga kesehatan giginya.
makanya penting banget buat sedini mungkin ajak anak rutin gosok gigi dua kali sehari ya mbak
Aku ga abis pikir loh, orang2 bisa males sikat gigi kenapa… Apa ga bisa nyium bau mulutnya sendiri yaaa. Setidaknya ngerasa ga enak gitu di mulut. Aku pas msh kerja dulu, sikat gigi 3x sehari mba. Pas pagi mau berangkat, abis makan siang di kantor aku sikat gigi lagi, dan malam mau tidur.
Akutuh ada trauma Ama dokter gigi. Sejak kls 3Sd sampe 1 SMU, aku udh rajin hrs kesana. Masalah gigiku yg saling numpuk, jarang jarang, ada yg maju pula. Blm lagi yg bolong. Jd dari kecil dirapiin pelan2, mulai di tambal dulu. Trus yg numpuk dicabutin, dan hrs di suntik bius yg sakit nya nauzubillah itu. Baru setelah gigi yg ga berguna dicabutin, mulai pake behel utk rapiin yg maju
Apalagi zaman aku SD behel mah msj barang langka. Blm ada anak di sekolahku yg pake. Jd aku kliatan aneh sendiri. Dan pasang itu sakiiiitttt yaaaa hahahahahha. Kesentuh sendok aja aku bisa nangis nangis.
Makanya pas udh bisa lepas behel, aku bertekad sebisa mungkin ga lagi ke dokter gigi kecuali utk check up. Saking traumanya mba
Caranya supaya ga kesana, ya rajin sikat gigi 😀 dan kumur2 mouthwash. Syukurnya Ampe skr aku ga bermasalah Ama gigi. Makanya ngajarin anak ttg gigi, aku ceritain aja pengalamanku dulu, biar mereka takut. Jd bisa rajin nyikat gigi nya 😀
Sangat bermanfaat kak informasinya, memang bener banget gigi perlu selalu di perhatikan agar gigi ngga gampang rusak