Jalan sore di Alun-alun Surabaya

alun alun surabaya

Dari dulu saya ngiri sama daerah lain yang punya alun-alun. Sebab di alun-alun banyak jajanan yang enak dan murah meriah sekaligus bisa jalan santai sambil menikmati keindahan tengah kota. Makanya sejak Alun-alun Surabaya diresmikan saya ngga sabar melihat bagaimana kondisi Balai Pemuda terkini.

Dari Balai pemuda menjadi Alun-alun Surabaya

Saya sudah akrab dengan bangunan Balai Pemuda sejak kecil. Orang tua saya sering mengajak melihat berbagai pameran yang diadakan gedung Balai Pemuda.

Sebelah gedung Balai Pemuda dulunya merupakan bioskop Mitra tempat saya nonton film pertama kali AADC bareng mamak. Wkwk

Sekarang bangunan Balai Pemuda sudah berubah fungsi menjadi Alun-alun Surabaya yaitu tempat warga Surabaya berkegiatan. Jika dulu pengunjung bisa memarkir kendaraan di area dalam Balai Pemuda, kini sudah tak bisa. Pengunjung harus parkir di luar area, di parkiran gedung DPRD, atau di lahan parkir Garden Palace Hotel.

Memang salah satu kelemahan Alun-alun Surabaya adalah minim lahan parkir kendaraan, terutama roda 4. Awalnya waktu kesana parkiran kendaraan roda 4 penuh, akhirnya kami parkir di depan Taman Prestasi.

Di salam Alun-alun Surabaya terdapat gedung merah putih, ruang dewan kesenian Surabaya, masjid As Sakinah, Tourism Information Centre, Perpustakaan Surabaya, Teater Balai Budaya, Rumah Bahasa. Masyarakat bisa menikmati semua fasilitas di Alun-alun Surabaya secara gratis.

Yang bikin Balai Pemuda nampak beda sekarang yaitu ada Alun-alun bawah tanah yang sempet viral di media sosial. Dulunya diatas area bawah tanah dipakai untuk parkiran kendaraan. Sekarang dipakai untuk eskalator menuju area bawah tanah.

Sampai di area bawah tanah, Temans bisa melihat berbagai lukisan, cinderamata, barang peninggalan Belanda.

Asal usul Balai Pemuda di zaman Belanda

Balai Pemuda sudah ada sejak 1907, yaitu saat zaman penjajahan Belanda. Dibangun oleh arsitek Belanda bernama Westmaes yang dipercaya karena mampu menggambarkan elitnya Societeit Club atau perkumpulan kaum elite Belanda.

Dulunya, ngga sembarang orang boleh masuk ke Balai Pemuda. Hanya para petinggi maupun kaum terpelajar yang diperbolehkan masuk.

Tahu ngga kenapa dinamai Balai Pemuda? Karena balai pemuda sempat dipakai sebagai markas dalam usaha membebaskan Irian Barat hingga tempat pertemuan bagi arek-arek Surabaya dalam menumpas G30S/PKI.

Temans bisa melihat etalase barang peninggalan Belanda, waktu masih bernama De Simpangsche Societeit. Ada peralatan makan stainlessteel yang dipakai untuk makan malam oleh ekspatriat Belanda, Inggris, maupun bangsa Eropa lainnya untuk nongkrong.

Sedangkan orang pribumi menjadi pelayan cafe, juru masak, dan pramusaji. De Simpangsche Societeit dipakai untuk berbagai kegiatan, seperti pertunjukan band, dansa, bowling, billiard.

Pameran budaya jalur rempah

Beruntung waktu kami kesana sedang ada pameran budaya jalur rempah. Salah satu alasan penjajah datang ke Indonesia yaitu untuk mendapatkan rempah-rempah yang bisa jadi komoditas dan investasi perdagangan bangsa Eropa.

Mereka menjelajah sampai ke Maluku, Ternate, Bnda Aceh, Jawa, dan pulau-pulau penghasil rempah. Jalur peniagaan dengan 3 zona perdagangan laut. Mulai dari daerah produksi rempah dibawa ke muara atau pelabuhan sepanjang pantai berlanjut dengan perniagaan antar pulau dan antar pelabuhan.

Pulau Banda adalah pulau penghasil utama pala (biji pala dan bunga pala). Sedangkan Pulau Ternate, Tidore, Moti, Makian, Bacan adalah penghasil cengkeh. Semuanya diangkut dengan alat transportasi laut mulai perahu lokal, sampan, padukawang, jukung Jawa, perahu mayan, dan sebagainya.

Sampai sekarang, Temans masih bisa mengunjungi pasar yang berjualan rempah, seperti pasar pabean yang sejak zaman kolonial menjadi pasar rempah-rempah. Jalur pantai dari Perak ke Kalimas adalah- jalur untuk mendistribusikan rempah-rempah ke darat atau ke dalam gudang sebelum diangkut ke Eropa dan Asia.

Menandakan Surabaya adalah bagian penting dalam wilayah-wilayah jalur rempah sejak dulu, selain pelabuhan Tuban.

Di pameran jalur rempah terdapat berbagai karya seni berupa foto. Rata-rata yang saya lihat adalah foto berlatar Surabaya Pusat yang mana masih banyak bangunan.

Alun-alun Surabaya

Jl. Gubernur Suryo No.15, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota SBY, Jawa Timur 21256

4 Replies to “Jalan sore di Alun-alun Surabaya”

  1. tempatku nongkrong after school nih … ngesot pun sampai, hahah
    jadi cakep ya sekarang.
    tahun lalu ke sini mampir ke perpus dan masjidnya. Puanaseeee

    1. Suroboyo kalau ndak panas ya cuma pas musim hujan gini kaya sekarang. Sering mendung, anginnya sepoi-sepoi, enak buat jalan di luar biar ngga ngemoll mulu. Wkwk
      Malah perpusnya cuma masuk sekali, kapan-kapan pengen kesana lagi.

  2. […] Baca juga : Jalan sore di Alun-alun Surabaya […]

Tinggalkan Balasan