Si Kecil Alergi? Jangan Panik, Bunda Perlu Tahu Ini

alergi

Ada seorang teman yang curhat ke saya perihal alergi yang diderita anaknya (biasa sesama ibu-ibu baru, jadi sering sharing tentang perkembangan si kecil)

Saya : Gimana proses menyusuinya? ASInya lancar ?

Teman : Alhamdulillah lancar, bisa pompa dikit dikit juga, tapi anakku alergi ternyata.

Saya : Loh alergi apa? Kok bisa alergi siapa yang punya alergi?

Teman : Alergi makanan hewani dan kawan-kawannya. Jadi aku juga harus puasa makan daging dan produk olahaannya. Aku sama suami nggak punya alergi, sepertinya dari eyangnya.

Saya : Duh..susah juga yaa..makan sayur, tahu, terus donk..

Teman : Ya begitulah..

Penasaran dengan alergi dan seluk beluknya , beruntung saya mendapatkan undangan dari Nutricia Sarihusada untuk mengikuti acara Fun Walk Si Kecil Tetap Ceria karena Bunda Tanggap Alergi bersama Alergianak.com serta mengajak para Bunda untuk Tanggap Alergi dengan 3K (Kenali, Konsultasikan, Kendalikan) pada Minggu 23 Juli lalu di Car Free Day Jl. Darmo, Surabaya, yang juga bertepatan dengan Hari Anak Nasional. Tujuan diadakan kegiatan ini, untuk mengedukasi orangtua khususnya Bunda mengenai Bagaimana cara menganggulangi alergi pada si kecil termasuk alergi susu sapi.

Ternyata alergi tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik saja, akan tetapi juga bisa mempengaruhi psikologis si kecil. Si kecil menjadi rentan terkena stress serta merasa cemas dalam bersosialisasi.

👉Dampak fisik

Si kecil mengalami hambatan dalam nafsu makan karena tumbuh menjadi seseorang yang suka memilah milah makanan (picky eater) sehingga dapat mempengaruhi berat badan idealnya dan menghambat pertumbuhan fisik, seperti anak gagal tumbuh, ukuran berat badan dan tinggi badan tidak sesuai dengan anak usia rata-rata, (stunting, wasting & malnutrition).

👉Gangguan hormon

Alergi dapat beresiko meningkatkan obesitas atau kegemukan. Jika tidak dikendalikan akan meningkatkan resiko penyakt jantung coroner dan diabetes,

👉Mempengaruhi keceriaan si kecil

Alergi protein susu sapi juga dapat mempengaruhi keceriaan si kecil, karena mereka merasa dibatasi dalam memilih makanan dan merasa tidak sama dengan teman seusianya, sehingga bisa muncul perasaan minder.

Tanggap Alergi dengan 3K

tanggap alegi

Setelah tahun lalu sukses mengedukasi lebih dari 13 juta Bunda di Indonesia, kampanye Bunda Tanggap Alergi dengan 3K kembali diselenggarakan. Di tahun kedua penyelenggaraan kampanye, Nutricia Sarihusada berkomitmen secara berkelanjutan untuk memberikan edukasi seluas-luasnya kepada orangtua, khususnya para Bunda di Indonesia untuk menangani alergi pada si kecil agar ia tetap ceria dan tumbuh secara optimal baik secara fisik maupun mental. Peserta yang hadir tidak hanya bisa mengikuti fun walk saja, akan tetapi dapat memanfaatkan beragam fasilitas yang telah disediakan seperti ruang kreatifitas untuk si kecil, ruang untuk berkonsultasi gratis mengenai alergi pada si kecil dengan para dokter. Sekalian menanyakan alergi yang dialami pada keponakan yang baru saja lahir.

tanggap alergi anak

Melalui kampanye Bunda Tanggap Alergi dengan 3K, orangtua diajak untuk tanggap alergi si kecil melalui tahapan, sebagai berikut

✔Kenali

Ada beberapa cara untuk mendeteksi alergi anak, yaitu

  1. Deteksi riwayat kesehatan orangtua

Si kecil lebih berisiko mengalami alergi jika mempunyai riwayat penyakit atopic dalam keluarga seperti dermatitis atopic, asma, dan atau rhinitis alergi dari setidaknya salah satu orang tua atau saudara kandung, gambaran persentase dari kemungkinan si kecil mengalami alergi, yaitu

  • Kedua orangtua tidak mengalami alergi > risiko anak menderita alergi adalah 20%
  • Salah satu saudara kandung mengalami alergi > risiko anak menderita alergi 20 – 30%.
  • Salah satu orangtua mengalami alergi > risiko anak menderita alergi 17 – 29%
  • Kedua orangtua mengalami alergi > risiko anak menderita alergi meningkat hingga 50% – 80%

Nah kebetulan, ponakan dideteksi oleh dokter mempunyai alergi yang berasal dari neneknya ternyata.

  1. Deteksi dari dalam kandungan

Secara teori, deteksi dini alergi sudah bisa dilakukan sejak dalam kandungan. Meski masih perlu dilakukan penelitian mendalam, sebuah studi yang dipublikasikan di World Allergy Organization Journal (2009), mengungkapkan bahwa paparan terhadap zat alergen tertentu pada ibu hamil bisa memicu respon imun pada janin. Selain itu, perubahan gerakan janin juga diduga memiliki korelasi terhadap risiko timbulnya alergi pada sang bayi di kemudian hari; gerakan janin yang amat meningkat terutama pada malam hingga pagi hari merupakan faktor prediktif yang cukup kuat bahwa bayi berisiko alergi.

  1. Deteksi di usia batita

Gejala alergi bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari suara napas berat (berbunyi “grok-grok”) pada bayi, sakit perut (kolik), kulit sensitif (sering muncul bintik atau bisul kemerahan pada pipi, telinga, dan daerah yang tertutup popok), sering menderita pilek berkepanjangan, sering bersin dan batuk – terutama di malam dan pagi hari, kotoran telinga berlebihan, dan sebagainya. Jika si kecil mengalami gejala tersebut, konsultasikan pada dokter mengenai kemungkinan ia menderita alergi.

  1. Deteksi secara ilmiah

Jika si kecil mengidap alergi, Anda bisa memastikan zat-zat apa saja yang menjadi faktor pencetusnya melalui tes berikut ini:

  • Skin Prick Test (Tes Tusuk)

Melalui Skin Prick Test (SPT), dokter akan meneliti reaksi tubuh terhadap lebih dari 33 jenis alergen, mulai dari alergen yang dihirup (debu, tungau, serbuk bunga, dll) sampai alergi makanan (susu, seafood, kacang, dll). Pemeriksaan dimulai dengan cara meneteskan beberapa jenis cairan alergen pada kulit area lengan bawah untuk selanjutnya dilakukan penusukan/pencukitan pada kulit tersebut menggunakan jarum khusus. Hasil tes bisa diketahui dalam 15-20 menit.

  • Tes Darah

Sesuai namanya, pemeriksaan akan dilakukan terhadap sampel darah yang diambil dari tubuh anak. Tes darah biasanya dilakukan terhadap pasien alergi yang tidak bisa menjalani SPT karena berbagai penyebab. Dibandingkan SPT, tes darah membutuhkan biaya yang lebih tinggi meskipun akurasi hasilnya terbilang setara.

  • Uji Tempel Kulit

Pemeriksaan ini dilakukan untuk evaluasi reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Uji tempel kulit dilakukan dengan cara menempelkan alergen pada kulit selama 2-3 hari. [1]

✔Konsultasikan

Jika sudah mengetahui penyebab alergi, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak untuk upaya tindak lanjut. Agar dapat mengetahui upaya pencegahan alergi sedini mungkin. Karena jika penanganannya telat akan beresiko bagi tumbuh kembang si kecil kelak.

✔Kendalikan

Menurut American College of Allergy, Asthma & Immunology, makanan yang paling umum memicu alergi pada anak-anak adalah kacang dan susu. Bagaimana dengan di Indonesia? Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di RSCM pada tahun 2007, Jenis makanan yang banyak menimbulkan alergi pada anak, susu sapi dan tepung terigu. Jenis makanan lainnya yang umumnya merupakan alergen bagi anak-anak seperti:

  1. Tomat

Mungkin masih banyak orang tidak tahu bahwa tomat bisa jadi pencetus alergi. Alergi terhadap tomat ini jarang terjadi dan penyebabnya bisa ada pada biji dan kulitnya. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa sebanyak 5,9% anak yang sensitive terhadap allergen tomat.

  1. Cokelat

Protein yang terdapat pada coklat dapat menimbulkan reaksi imun. Menurut data penelitian, ditemukan sekitar 2,9.persen anak yang sensitif terhadap alergen cokelat.

  1. Kacang kedelai (Soya)

Protein di kedelai juga dapat menyebabkan alergi. Anak yang sensitif terhadap alergen soya dijumpai sebanyak 7,4 persen.

  1. Tepung terigu

Tepung terigu yang terbuat dari gandum, ternyata dapat memicu gejala alergi anak. Menurut data yang diperoleh, sekitar 10,3 persen anak sensitif terhadap alergen tepung terigu.

  1. Kuning telur

Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, tidak terkecuali anak-anak. Telur terdiri dari putih telur dan kuning telur. Kuning telur banyak mengandung lemak sedangkan putih telur banyak mengandung protein. Sumber penyebab alergi makanan adalah protein yang ada di dalam telur. Karena itu,kuning telur kurang bersifat alergenik dibanding putih telur. Terdapat sekitar 8,8 persen anak yang sensitif terhadap alergen kuning telur.

  1. Putih telur

Konsumsi putih telur dapat memicu reaksi alergi pada 8,8 persen anak yang datanya diikutsertakan dalam penelitian.

  1. Daging ayam

Daging ayam juga termasuk makanan kesukaan anak-anak. Namun, ada sebagian kecil anak, yaitu sebanyak 7,4 persen, yang alergi terhadap daging ayam.

  1. Tuna

Salah satu jenis ikan yang dapat menyebabkan alergi adalah ikan tuna. Alergen yang terdapat pada ikan adalah allergen-M. Penelitian menyebutkan terdapat sekitar 4,4 persen anak yang sensitif terhadap alergen tuna.

  1. Kerang (oyster)

Jumlah anak yang tidak bisa menikmati enaknya daging kerang karena alergi adalah sebanyak 8,8 persen.

  1. Susu sapi

Protein susu sapi dapat menimbulkan alergi baik dalam bentuk susu murni atau bentuk lain seperti es krim, keju dan kue. Pada umumnya produk olahan susu jauh lebih digemari oleh anak dibandingkan susu itu sendiri. Dalam penelitian ini diperoleh data bahwa sebanyak 10,3 persen anak sensitif terhadap alergen susu sapi (positif). [2]

Yang bisa dilakukan orangtua ketika mengetahui si kecil alergi yaitu menghindari dan meminimalisir makanan pemicu alergi dan produk olahannya. Ketika kakak makan ikan tongkol, di permukaan kulit wajah keponakan muncul bercak merah. Jadi Bundanya pun perlu menghindari makanan dan produk olahannya yang dapat pemicu alergi, terutama bagi bayi yang sedang menyusui ASI.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang informasi seputar alergi si kecil dan seluk beluknya, Bunda dapat mengunjungi website resmi Alergianak.com. Bunda juga berkesempatan mendapatkan voucher IDR 50K dan IDT 100K, hanya dengan share fakta seputar alergi atau upload foto bersama si kecil.

 

 

Artikel referensi :

[1][2] alergianak.com

7 Replies to “Si Kecil Alergi? Jangan Panik, Bunda Perlu Tahu Ini”

  1. Makanan paling beresiko menimbulkan alergi kelihatan, ya. Alergi juga harus dicari pencetusnya supaya ga kambuh lagi

  2. baru tahu kalau tomat bisa jadi pencetus alergi, makasih sharingnya 🙂

  3. baby saya sering bentol merah gitu tapi cepet juga hilangnya apa karena alergi ya? thanks for sharing mba nambah ilmu dan mungkin nanti biar lebih yakin saya konsul juga ke DSA disini ^^

    salam kenal ya mba, saya Enny yang komen di grup fb KEB minta link untuk saling BW 🙂

    1. Untuk mendeteksi dini, apakah keluarga (termasuk kakek+nenek) ada yang alergi? Kalo iya, kemungkinan besar diturunkan alergi dari keluarga.
      Untuk mengenal seluk beluk alergi sebagai referensi bisa baca banyak artikel di Alergianak.com.
      Salam kenal mbak Enny 😉

  4. Lengkap banget ulasannya, Mbak. Anak pertama saya ada alergi tungau, debu, dingin..dulu pas kecilnya belum banyak info seperti ini. Sekarang sudah kelas 7, Alhamdulillah sudah lebih kuat daya tahan tubuhnya. Terima kasih sudah berbagi informasi, Mbak 🙂

    1. Semoga si kecil sehat selalu ya mbak 😊

  5. […] bertambah usia, anak alergi cenderung punya rangkaian penyakit alergi yang bisa diturunkan ke generasi berikutnya. Waduh.. gawat […]

Tinggalkan Balasan ke vanisa Batalkan balasan